Semilir angin perlahan mulai terasa membelai
wajahnya. Semakin lama semakin kencang, membuat gadis itu menarik lagi jaket
yang menutupi tubuhnya agar dapat menghangatkannya. Matanya terpejam. Terlihat
gurat kelelahan di wajahnya. Perlahan, kelopak yang menutupi mata indahnya itu
terbuka, memperlihatkan bola mata kecoklatan yang dimilikinya.
‘ini bukan mimpi’ batinnya perih. Di pejamkannya
matanya sekali lagi, kali ini diiringi dengan helahan nafasnya.
“fy ?” sapaan yang diiringi dengan tepukan halus
di pundak ify –gadis tadi- membuatnya tersentak kaget. Dia menghela nafas lalu
memaksakan sedikit senyum.
“kenapa ?” dia bertanya pelan tanpa menatap sosok
yang tadi mengagetkannya. Shilla –sosok tadi- menghela nafas lalu duduk di
samping ify.
“lo, hmm masih mengharapkan dia ?” pertanyaan
yang baru saja dilontarkan shilla sukses membuat ify menatapnya. Ragu, dia
mengangguk pelan. Shilla tersenyum kecut.
“setelah apa yang dia lakuin di belakang lo ?”
shilla bertanya dengan nada yang cukup sinis. Pertanyaan shilla barusan membuat
ify terdiam.
“plis fy, lo mikir. Udah berapa kali dia nyakitin
lo dan udah berapa kali juga lo udah maafin dia gitu aja ?” shilla tanpa sadar
menaikkan suaranya. Nafasnya memburu, mukanya memerah menahan marah.
Ify lagi-lagi hanya diam membisu. Dalam hati dia
membenarkan perkataan shilla. Tapi apa daya, dia terlalu mencintainya, pemuda
itu. Ntah apa yang membuatnya masih bertahan, padahal sebut saja rio –pemuda
tadi- sudah berulang kali menyakitinya.
“gue cinta shil sama dia” jawaban itu lagi yang
terlontar dari mulut ify. Mendengarnya, shilla langsung menghela nafasnya
dengan kasar.
“cinta ? lo cinta sama dia ? apa lo paham
apa yang dimaksud dengan cinta itu ?” shilla bertanya sambil menatap ify dengan
tajam. Ify terdiam lalu menundukkan kepalanya, tidak menjawab pertanyaan shilla
barusan.
“biarin gue shil, biarin gue pertahanin dia.
Sebentar lagi, gue Cuma pengen dia nemenin saat-saat terakhir gue” pernyataan
ify barusan sukses membuat shilla terdiam. Hatinya perih mendengar penuturan
ify barusan. Ify sakit, bukan sakit biasa. Ataxia, penyakit yang belum
ditemukan obatnya. Dan begini lah ify sekarang, pergi atau melakukan apapun
bukan dengan diiringi langkah kaki lagi, tapi dengan sebuah kursi roda.
“fy, sori gue..”
“gag papa kok shil. Lo gag salah. Guenya aja
tetap keras kepala” ify menjawab sambil tersenyum tipis. Mukanya kembali pucat.
Shilla panik, digenggamnya tangan ify. Dingin !
“fy, lo kenapa ?” terdengar nada kepanikan dari
ucapan shilla barusan. Ify menggeleng pelan sebelum akhirnya pingsan.
***
“puas lo ? sadar yo, lo liat ify. Ify itu cinta
sama lo !! padahal lo udah sering banget nyakitin dia !! tapi apa ? dia tetap
maafin lo, ngasih lo kesempatan lagi !! seharusnya lo perhatiin dia !! apa lo
tau selama ini dia sakit ?!” bentakan itu membuat rio terdiam. Dalam hati,
tersirat rasa penyesalan yang dalam.
‘cowok macam apa gue ?’ rio membatin.
Dialihkannya pandangannya kearah ruang UGD itu. Disanalah ify, orang yang
sangat mencintainya, yang slalu mengerti dirinya. Tapi apa ? dia malah
menyia-nyiakan gadis itu. Dan sekaranglah rasa penyesalan itu hinggap di
hatinya.
“ify.. sakit apa ?” rio bertanya pelan sambil
terus menatap ruang UGD itu. Shilla menghela nafasnya kasar sebelum menjawab
pertanyaan rio.
“ataxia. Dan baru saja memasuki tahap akhir” rio
membeku di tempat mendengar jawaban shilla. Ataxia ? astaga !! dia menutup
mukanya menggunakan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba pintu ruang UGD itu
terbuka. Dengan cepat rio langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar
dari ruangan itu.
“bagaimana keadaan ify dok ?”pertanyaan itu
spontan keluar dari bibir rio. Dokter itu menatap rio lalu menggeleng pelan.
“pasien kritis” jawaban singkat yang sukses
membuat rio terdiam.
“kritis ? apa boleh saya masuk dok ?”
“boleh, tapi tunggu dia dipindahkan ke ruang
perawatan dulu” rio mengangguk mendengar jawaban dokter tersebut. Lalu dia pun
memutuskan menunggu di ruang tunggu sedangkan dokter tian –dokter yang tadi-
pergi kembali ke ruangannya.
***
“yo, ify sadar” teriakan itu sukses membuat rio
tersadar dari lamunannya. Dengan cepat di hampirinya shilla yang duduk di
samping ranjang ify.
“gue panggil dokter dulu” rio berlalu
meninggalkan ruang rawat ify. Tak lama, dia kembali bersama dokter tian dan
seorang asistennya.
“bisa keluar sebentar ?” shilla dan rio pun
menuruhi permintaan dokter tian. Tidak lama, hanya beberapa menit saja, setelah
itu shilla dan rio kembali di perbolehkan masuk.
“lo aja yang masuk. Lo perlu ngomong sama dia”
suruh shilla. Tanpa melawan, rio pun masuk dengan terburu-buru ke dalam ruang
perawatan ify. Di hampirinya ify yang tengah melamun sambil menatap keluar
jendela.
“fy” panggilan itu sukses membuat ify tersentak.
Ify menoleh dan tersenyum tipis.
“maaf gue..”
“gag ada yang perlu di maafin” potong ify cepat.
“tapi..”
“gag ada tapi-tapian. Atau lo pengen gue marah
sama lo ? hahaha enggak kan ?” rio tersenyum. Lalu digenggamnya tangan ify.
Dingin.
“yo, nyanyi dong” rio mengerutkan alisnya
mendengar permintaan ify. Tapi akhirnya mengangguk juga.
“lagu apa ?” dilihatnya ify terdiam sebentar,
lalu dia tersenyum sumbringah.
“lagu saat terakhir, tapi bagian reff aja” jawab
ify cepat. Tentu saja rio bingung.
“kenapa lagu itu ? gag yang lain aja ?”
“enggak, gue pengennya lagu itu. Yayaya ?”
walaupun heran rio akhirnya mengangguk juga dan mulai menyanyikan lagu itu.
“di bawah batu nisan kini tlah kau sandarkan,
kasih sayang kamu begitu dalam, sungguhku tak sanggup ini terjadi karena ku
sangat cinta. Inilah saat terakhirku melihat kamu,
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan selamat jalan kasih”
Tepat saat rio menyelesaikan lagunya, ify menutup
matanya. Menhembuskan nafas terkhirnya.
“fy” diguncang nya tubuh ify. Tak ada reaksi.
Perlahan arimata pun mengalir membasahi pipi rio. Di rengkuhnya tubuh yang
mulai mendingin itu.
-
di bawah batu nisan kini tlah kau sandarkan,
kasih sayang kamu begitu dalam, sungguhku tak sanggup ini terjadi karena ku
sangat cinta. Inilah saat terakhirku melihat kamu, Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan selamat jalan kasih-
THE END